Serving, not to be served

Serving, not to be served

Rabu, 22 Oktober 2008

MEWASPADAI MUAL DAN MUNTAH PADA KEHAMILAN

Berbagai keluhan dapat timbul bila seseorang sedang menjalani proses kehamilan, mungkin yang paling sering dikeluhkan adalah mual dan muntah, bahkan paling jamak dikatakan sebagai suatu petunjuk kehamilan, benarkah?. Terlebih lagi bila mual dan atau muntah terjadi pada pagi hari (morning sickness) yang ditunjang adanya riwayat henti haid, hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, namun kapankah gejala tersebut bukan hal yang biasa?
Proses kehamilan melibatkan berbagai komponen fisik dan psikis. Secara fisik yang nampak dengan kasat mata antara lain perubahan bentuk tubuh wanita, dan timbulnya berbagai gejala dan petanda kehamilan, namun secara psikis lebih sulit dinilai, akan tetapi ia dapat menjadi faktor dominan munculnya berbagai keluhan. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi secara hormonal. Hormon estrogen dalam tahap awal kehamilan berperan mempersiapkan endometrium untuk menerima pembuahan bersama-sama dengan hormon progesterone dan penurunan kadar FSH (folikel stimulating hormon) akan menstimulus kembali hormon hifofise lain seperti LH (luteinising Hormon) untuk mematangkan ovum sehingga siap dibuahi (berovulasi), bila dalam kondisi tersebut sperma dapat membuahi akan terjadi kehamilan.
Pada wanita hamil terdapat beberapa tanda dan gejala diantaranya tidak dapat haid (amenorea), mengidam, pingsan, payudara membesar dan tegang, tidak ada nafsu makan (anoreksia), sering kencing, kesulitan buang kotoran (defekasi), pigmentasi kulit, epulis, varises, dan paling sering menjadi keluhan adalah enek (nausea) dan muntah (emesis).
Nausea dan emesis sering dijumpai pada awal kehamilan. Gejala ini umumnya masih dianggap wajar dan sering terjadi dalam kehamilan trimester pertama (0-4 bulan). Keluhan mual biasanya terjadi pada pagi hari (morning sickness), namun dapat pula timbul setiap saat. Mual dan muntah lebih banyak terjadi pada kehamilan pertama (primipara), sekitar 60-80% wanita hamil akan mengalaminya. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, satu dari seribu kehamilan dimana gejala-gejala ini akan dapat memberat, meskipun demikian pada beberapa wanita hamil, gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulanan bahkan lebih.
Adanya peningkatan kadar hormon estrogen dan hormon corionicgonadotropin (HCG) dalam serum yang secara fisiologik belum jelas mungkin karena pengaruhnya di susunan saraf pusat atau pengaruh pengosongan lambung yang berkurang. Disamping adanya pengaruh hormonal, faktor psikologik (emosi) merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan. Wanita yang sebelum kehamilannya sudah menderita gangguan lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami kehamilan dengan emesis yang lebih berat (hiperemesis gravidarum).
Batasan antara mual yang masih dianggap wajar dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, akan tetapi bila emesis yang terjadi mempengaruhi keadaan umum/kondisi tubuh ibu hamil sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum, seperti pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu, dan keadaan ibu memburuk.
Mual dan muntah berlebihan yang mempengaruhi kondisi umum wanita hamil inilah yang harus diwaspadai dan dikenal sebagai hiperemesis gravidarum. Komplikasi mual dan muntah yang biasanya timbul pada kehamilan muda ini bila berlangsung terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan dehidrasi, dimana terjadi tubuh akan kekurangan cairan dan elektrolit menyerupai dehidrasi yang sering dijumpai pada penderita diare. Kehilangan cairan dan elektolit ditimbulkan oleh adanya pengeluaran cairan dalam jumlah besar melalui muntahan dan tidak adanya asupan/masukan cairan dan makanan yang diakibatkan oleh adanya keengganan untuk makan dan minum karena mual(emesis) berlebihan (hiperemesis).
Berbagai tingkatan kegawatan yang timbul dapat ringan bahkan berat. Muntah yang terus menerus menyebabkan ibu menjadi lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, nyeri ulu hati, denyut jantung meningkat, tekanan darah menurun, elastisitas kulit menurun, lidah mengering, dan mata cekung, suhu badan meningkat, kencing berkurang yang merupakan petanda telah terjadi kekurangan cairan (dehidrasi) bahkan kesadaranpun dapat menurun.Keadaan hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan dan akan mempengaruhi perkembangan janin sehingga bila ini terjadi perlu dilakukan penanganan dan pengobatan dengan segera.
Pengelolaan hiperemesis gravidarum sebaiknya menyeluruh dimana selain penanganan keluhan fisik juga psikis. Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu pelaksanaan edukasi tentang kehamilan dan persalinan yang merupakan suatu proses yang wajar dan alami (fisiologik) dengan memberikan keyakinan bahwa keluhan mual dan muntah merupakan gejala fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang berangsur-angsur sesuai matangnya kehamilan, biasanya setelah kehamilan 4 bulanan dan menganjurkan ibu hamil untuk mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Mengingat mual dan muntah sering muncul pada pagi hari diusahakan waktu bangun pagi jangan langsung turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan dulu untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindari karena akan merangsang mual dan muntah. Buang air besar (defekasi) hendaknya dapat teratur, menghindari kekurangan karbohidrat adalah faktor penting, oleh karena merupakan sumber energi tubuh yang utama disamping lemak dan protein, sehingga dianjurkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula.
Meyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, serta menghilangkan rasa takut menghadapi kehamilan dan persalinan dan konflik emosional yang ada seperti kehilangan pekerjaan, keretakan rumah tangga, dan lain-lain sebagai pencetus keluhan ini. Penanganan faktor-faktor psikologi diatas sangat penting karena sebagai faktor utama yang melatarbelakangi penyakit ini.
Apabila dengan cara tersebut keluhan dan gejala tidak berkurang bahkan memberat maka diperlukan terapi obat-obatan, tetapi jangan memberikan obat yang membahayakan janin (teratogenik). Pemberian vitamin B1 dan B6 dianjurkan karena salah satu efeknya mengurangi mual dan memperbaiki motilitas saluran cerna, bila memberat dapat diberikan sedatif seperti luminal bahkan antiemetik seperti pyrathiazine, metoclopramide, dll bila diperlukan. Penderita sebaiknya dirawat diruangan yang tenang dengan peredaran udara yang baik dan cerah. Langkah isolasi dengan menempatkan penderita dalam suasana yang tidak terganggu sampai muntah berhenti dan penderita mau makan dapat mengurangi keluhannya. Makanan/minuman sebaiknya tidak diberikan dalam 24 jam pertama, biasanya akan diberikan secara parenteral atau perinfus bila penderita menunjukkan tanda-tanda memberat bahkan dehidrasi. Cairan yang diberikan melalui infus harus mengandung gula (glukosa) dan elektrolit lainnya yang diperlukan tubuh diberikan dalam jumlah yang disesuaikan dengan keadaan penderita. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba pemberian minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair lagi. Pada sebagian kecil kasus dapat memburuk maka dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Berbagai keadaan tersebut diatas dapat memberi gambaran bahwa tidak semua mual dan muntah wajar bahkan perlu diwaspadai. Pemaparan diatas bukan untuk memberi gambaran yang menakutkan kepada penderita, sehingga ibu menjadi takut hamil, namun dapat menjadikannya sebagai langkah antisipasi dan kewaspadaan diri untuk dapat menghadapi kehamilan dengan lebih baik.


Dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sked
Rumah Sakit Umum Graha Asih
Jl. By Pass Ngurah Rai 33x Kuta Bali
Telp. 0361-764860

Tidak ada komentar:

Serving, not to be served

Serving, not to be served

ANDIKA-ANDILA

ANDIKA-ANDILA