Serving, not to be served

Serving, not to be served

Rabu, 22 Oktober 2008

KEHAMILAN SEBAGAI PENYEBAB ANEMIA

Dalam iklan layanan masyarakat, Kata anemia tentu sering kita dengar baik melalui radio, televisi dan media cetak lainnya, bagi orang awam mungkin dikenal sebagai “kurang darah” dengan berbagai keluhan mulai dari pucat, pusing, sakit kepala, lemah badan, letih, lesu, dan berbagai sensasi rasa ketidaknyamanan lainnya. Banyak sumber penyebab anemia yang populer seperti kecacingan, perdarahan karena berbagai sebab, juga kehamilan.
Seseorang dianggap telah mengindap anemia bila kadar zat pengangkut oksigen di darah (hemoglobin) kurang dari 12 gram/100ml, namun ada dikatakan bila kadar Hb 10 gram/100 ml masih normal, dimana tubuh masih sanggup untuk beradaptasi melalui mekanisme kompensasi bahkan sampai Hb 8 gr/100 ml. Tentu penanggulangan anemia tidak hanya menunggu Hb dibawah 8 gr/100 ml, namun tindakan pencegahan sebelum Hb mencapai nilai abnormal dibawah 12 gr/100 ml penting dilakukan, terlebih pada kehamilan.
Anemia memang sering ditemukan dalam kehamilan, seperti telah diketahui bahwa wanita dalam masa kehamilan akan terjadi berbagai perubahan fisik dan psikis, termasuk dalam hal perubahan zat-zat makanan dalam darah, dikarenakan saat itu kebutuhan akan meningkat sehingga dapat terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang sebagai produsen sel-sel darah. Tubuh harus beradaptasi dengan keadaan tersebut, bila kemampuan kompensasi terlampaui akan timbul berbagai keluhan, dalam hal ini keluhan-keluhan anemia diatas. Jadi disamping kebutuhan yang meningkat saat hamil juga proses adaptasi mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil, dimana pada kehamilan tersebut jumlah darah bertambah banyak (hidremia/ hipervolemia) akan tetapi tidak terjadi penambahan sel-sel darah, hanya plasma yang bertambah sehingga darah menjadi encer, perbandingannya sebagai berikut ; plasma 30%, sel darah 18%, Hemoglobin 19%. Pengencerah ini disatu sisi bermanfaat sebagai mekanisme kompensasi (penyesuaian diri secara fisiologi saat hamil). Pertama-tama akan meringankan kerja jantung, dikarenakan darah menjadi encer (viskositas rendah), ketahanan periper berkurang sehingga tekanan darah tidak meningkat, dan pada waktu persalinan pun pengenceran bertujuan merncegah hilangnya besi berlebihan dibandingkan bila darah kental. Peristiwa pengenceran darah makin meningkat dengan lanjutnya usia kehamilan sehingga frekuensi anemia juga meningkat dalam kehamilan. Kadar Hb, Hematokrit (Hm), sel darah merah (eritrosit) menurun, selama kehamilan sampai 7 hari setelah persalinan, dimana batas terendah Hb dalam kehamilan 10 gr/100ml. Jadi wanita hamil baru disebut mengalami anemia bila kadar Hb kurang dari 10 gr/100ml.
Dokter sering membekali wanita hamil dengan preparat zat besi dan asam folat dengan tujuan untuk mengantisipasi akan kekurangan besi dan asam folat yang paling sering ditemui pada kehamilan. Defisiensi makanan memegang peranan penting pada timbulnya anemia. Kekurangan ini sering disebabkan oleh kurangnya masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan penyerapan dan adanya perdarahan.
Keperluan zat besi akan meningkat sesuai dengan tuanya umur kehamilan sehingga keperluan akan zat besi bertambah terutama dalam trimester terakhir. Apabila asupan besi tidak ditambah maka mudah terjadi anemia, terlebih pada kehamilan ganda. Di iklim tropis (katulistiwa) besi juga banyak dikeluarkan melalui keringat/kulit.
Pengaruh anemia pada kehamilan, masa nifas, dan persalinan pada ibu kurang baik karena akan dapat terjadi abortus, persalinan prematur, kehamilan lama, perdarahan setelah persalinan, syok, infeksi, bahkan bila kadar Hb kurang dari 4 gr/100ml dapat terjadi kegagalan jantung (Decompensasi Cordis). Sedangkan pengaruhnya bagi janin akan buruk karena dapat terjadi kematian janin, kelahiran prematur, cacat bawaan, cadangan besi juga menurun. Jadi anemia pada kehamilan merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
Pemberian preparat besi per oral begitu pentingnya, diberikan dengan dosis berkisar 600-1000mg sehari. Sedangkan terapi suntikan (parenteral) diperlukan bila ibu tidak tahan/gagal dengan terapi oral oleh karena ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan. Apabila kehamilan telah lanjut diberikan secara intra muscular (im) seperti Dekstran besi (imferon) atau sorbitol besi (jectofer), secara intra venous (iv) perlahan-lahan diberikan seperti ferrum oksidum sakkaratum (ferrigen, ferrivemm, dll), dekstran besi (imferon) 1000-2000 mg dengan hasil yang memuaskan. Tentu komplikasinya kurang berbahaya dibandingkan dengan transfusi darah. Transfusi darah sebagai terapi anemia dalam kehamilan sangat jarang, walaupun Hb < 6 gr/100ml, bila tidak terjadi perdarahan. Namun selama persalinan darah harus tersedia secukupnya, yang segera diberikan bila terjadi perdarahan diluar dari biasa. (> 500 cc).
Sedangkan terapi asam folat 15-30 mg sehari. Bila terapi anemia pada kehamilan tidak berhasil dengan besi saja maka harus ditambahkan dengan asam folat. Begitu beratnya komplikasi yang ditimbulkan oleh anemia membutuhkan pencegahan maupun penanganan yang lebih baik. Preparat besi dan asam folat dapat menghindarkan ibu hamil menjadi anemia sehingga kehamilan sebagai penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu dan janin dapat dihindarkan pula dan kehamilan sebagai penyebab anemiapun dapat dicegah.



Dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sked
Rumah Sakit Umum Graha Asih
Jl. By. Pass Ngurah Rai 33x Kuta Bali
0361) 764860, Fax. (0361) 766565

Tidak ada komentar:

Serving, not to be served

Serving, not to be served

ANDIKA-ANDILA

ANDIKA-ANDILA