Serving, not to be served

Serving, not to be served

Rabu, 25 Februari 2009

MENGENAL BERBAGAI TEKNIK MENDAPATKAN ANAK BERJENIS KELAMIN LAKI-LAKI

Dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, SKed

Keluarga adalah suatu organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara ideal dibentuk oleh ibu, ayah, dan anak. Bila salah satu diantaranya tidak ada tentu tidak lengkap. Kehidupan rumah tangga yang berlimpah harta misalnya walaupun serba berlebihan akan tetap dirasakan kurang bila tanpa anak, terlebih lagi bila anak yang diperoleh tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan tentu akan mengurangi arti kemapanan itu, bahkan dapat mengancam keharmonisan keluarga. Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga begitu penting sebagai salah satu pengikat keutuhan suami-istri dalam berumah tangga.
Berbagai masalah di masyarakat yang berkaitan dengan keluargapun beragam, dapat timbul tidak saja karena anak, bahkan yang paling sering terjadi dan lebih banyak menjadi korban kesalahpahaman itu adalah ibu/istri, misalnya perceraian paling sering menjadi ancaman, dimana adanya ketidakmampuan pasangan untuk memberikan keturunan dianggap sebagai satu-satunya penyebab adalah istri dan seandainyapun keluarga tersebut mampu memperoleh anak jika tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan juga akan menuai masalah, bahkan lebih dilematis bagi ibu/istri yang dapat hamil kemudian melahirkan anak, namun tidak sesuai keinginan pasangan tersebut maka mereka akan bereproduksi terus sampai mendapatkan anak dengan jenis kelamin yang diharapkan, yang pada akhirnya menjadikan keluarga tersebut “keluarga besar”, besar dalam jumlah anggota keluarga akan membebani keluarga dan ibu itu sendiri terutama bagi keluarga pra sejahtera, sehingga penderitaan itu dirasakan tidak saja di saat ibu/istri mengandung dan melahirkan, namun sampai anak-anaknya tumbuh dewasa ibu/istri menuai derita. Ada pepatah mengatakan sorga ada di telapak kaki ibu, begitu indah terdengar, namun bagi ibu/istri fenomena tersebut selalu menjadi bagian dari derita kehidupannya
Kemampuan pasangan untuk memperoleh keturunan, dan anak sesuai jenis kelamin yang diinginkan tidak hanya ditentukan oleh faktor istri, namun faktor suami sangat berperan penting. Seperti telah sering diuraikan bahwa kemandulan (infertilitas) adalah suatu keadaaan dimana pasangan suami istri tidak mampu memperoleh keturunan setelah melakukan senggama teratur (minimal 2 kali seminggu dengan pasangan yang sama) dalam jangka waktu lebih 1 tahun. Di sini dengan tegas disebutkan bahwa yang menentukan mandul atau tidak adalah pasangan yaitu suami dan/atau istri, jadi untuk dapat mengatakan mandul perlu pemeriksaan kedua pasangan tersebut (bukan hanya tanggungjawab istri). Setelah ada hasil baru dapat dikatakan mana yang berperan. Demikian halnya dalam penentuan jenis kelamin anak, dimana tidak semata-mata oleh faktor istri, namun secara genetik justru adalah suami/pria.
Pandangan masyarakat terhadap faktor-faktor yang berperan pada infertilitas maupun penentuan jenis kelamin anak beragam. Ada yang mengatakan itu semata-mata tanggungjawab istri/ibu, sebagian yang moderat menyadari itu adalah tanggungjawab bersama, dan sebagian lagi menyatakan suami/pria.
Dalam hal pemilihan jenis kelamin anak, berbagai tempat di bumi memfavoritkan kelahiran anak laki-laki, apalagi bagi penganut patrilineal, dimana anak laki-laki sebagai generasi penerus leluhurnya (seperti halnya di Bali). Sejak dahulu kala telah banyak di kenal teori tentang bagaimana cara memperoleh anak dengan jenis kelamin laki-laki. Mulai dari teori klasik sampai tercanggih ada.
Marilah berkilas balik, meninjau kembali tentang bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan manusia untuk memperoleh apa yang diharapkan sebagai salah satu tujuan hidupnya. Nenek moyang kita telah mengenal berbagai metode untuk memperoleh jenis kelamin anak lak-laki, walaupun secara ilmiah tentu masih perlu pembuktian, namun sekiranya dapat memberi gambaran tentang bagaimana upaya-upaya mereka dan di bagian akhir tulisan ini akan diuraikan berbagai metode secara ilmiah yang dapat menjadi tuntunan untuk mengupayakan terbentuknya anak dengan jenis kelamin laki-laki.

1. Teori Kanan Kiri
 Tahun 540 SM Parmenides mengatakan wanita mempunyai dua peranakan yaitu kiri dan kanan, Jika menginginkan kelahiran anak laki-laki maka saat senggama istri harus berbaring ke sisi kanan agar sperma mudah masuk ke peranakan kanan dimana terjadi pembentukan laki-laki.
 Tahun 500-428 SM Anaxagoras, Penentu jenis kelamin adalah buah pelir (testis), dimana testis kanan untuk memperoleh jenis kelamin laki-laki.
 Tahun 460-377 SM Hipocrates, bila menginginkan anak berjenis kelamin laki-laki maka testis kanan harus diikat kuat dengan tali waktu senggama,.
 Tahun 460-360 SM Democritus, Mozaik yang terbentuk adalah percampuran dua benih, tergantung mana yang dominan, bila benih laki-laki yang dominan maka lahir anak laki-laki.
 Tahun 384-322 SM Aristoteles, Bibit yang lebih kuat sewaktu senggama menentukan jenis kelamin anak dalam kandungan yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi alam, dimana jenis kelamin anak laki-laki akan lahir bila saat senggama bertiup angin utara yang kurang lembab.

2. Teori Berdasarkan Nasehat Orang Tua
 Istri diharuskan minum anggur dan darah singa yang telah di campur oleh tabib dalam takaran tertentu, didiamkan kemudian pasangan dianjurkan bersenggama pada waktu bulan purnama untuk memperoleh anak laki-laki

3. Teori Tradisional
 Suku Osset, Eskimo, Maori untuk mendapatkan anak laki-laki ibu hamil harus ditinggalkan di tempat kelahirannya berpisah dari suami.
 P. Peleu saat bersenggama istri harus memakai pakaian pria.
 Swedia, sebelum perkawinan wanita tidur dengan anak laki-laki agar terkena induksi untuk dapat melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki.
 Jerman, saat senggama suami membawa kapak di tempat tidur sambil bernyanyi minta dilahirkan bayi laki-laki.
 Austria, senggama dilakukan saat panen melimpah
 Slavia, Istri selama senggama memijat pelir kanan suami
 Italia, Suami menggigit telinga kanan istri ketika bersenggama.
 Pensylvania, Suami harus menggantung celana luar dan dalam di kanan tempat tidur.
 Indonesia, Ada berbagai pertanyaan tentang kemungkinan melahirkan anak berjenis kelamin tertentu seperti, apakah bisa saya melahirkan anak laki-laki bila peranakan kanan saya di angkat ?.
 Teori Lain :
a. Makanan asin, asam, pahit akan melahirkan bayi laki-laki.
b. Konsepsi Laki-laki pada bulan purnama.

4. Pseudo ilmiah
 Dowson, E.R, Hanya wanita yang bertanggungjawab untuk jenis kelamin anak-anaknya. Bila sel telur keluar dari dinding telur kanan dan terjadi kehamilan, maka bayi laki-laki yang akan lahir
 Ada bulan-bulan untuk laki-laki dan perempuan sehingga dapat mengatur waktu bersenggama.

5. Ilmiah
 Van Bear 1827, Van Kolliker 1841, Van Beneden 1887 merupakan pelopor pengamatan pembuahan, dimana penggabungan sel sperma dan sel telur terjadi di tuba, setengah kromosom pembawa gen dan jenis kelamin berasal dari ibu dan setengahnya dari ayah sewaktu melebur.
 Mc. Clung 1902, kromosom Y (kecil) dan X (lebih besar) yang akan menentukan jenis kelamin.
 Rock J. dan Shettels, LB. (1940-1956) manusia mempunyai kromosom 46 setiap sel tubuh dan 23 untuk setiap sel jenis kelamin. Manusia memiliki 46 kromosom yaitu 22 pasang yang sama pada laki-laki dan perempuan (autosom), satu pasang berbeda disebut seks kromosom (gonosom) yang menentukan jenis kelamin. Yang dikenal sebagai 46XY dan 46XX
 Shettels
 Suami/pria yang menentukan jenis kelamin keturunannya.
 Suami yang menceraikan istri atau meninggalkannya oleh karena tidak membuahkan anak laki-laki hanya menipu dan mengelabui diri sendiri.
 Sperma terdiri dari androsperma, berukuran kecil kepala bulat mengandung kromosum Y yang menentukan jenis kelamin laki-laki. Dan Ginosperma berukuran besar, kepala lonjong(oval) berisi kromosum X yang menentukan jenis kelamin perempuan.
 Ginosperma lebih tahan daripada androsperma.
 Liang senggama asam dapat menghambat gino dan androsperma, akan tetapi melemahkan androsperma lebih cepat dalam jumlah yang sangat banyak. Peranakan alkalis baik untuk kedua sperma, makanya saat ovulasi liang senggama menjadi lebih alkalis sehingga konsepsi optimal, apalagi bila mencapai orgasme.
 Pergerakan andro lebih cepat dari pada ginosperma.
 Penentuan waktu bersenggama dan saat terjadi ovulasi adalah faktor penunjang dalam memilih jenis kelamin anak. Makin dekat ovulasi, dan kondisi lendir liang senggama alkalis akan memudahkan terbentuknya jenis kelamin laki-laki.
 Jumlah sperma mempengaruhi jenis kelamin anak. makin banyak jumlahnya makin mungkin melahirkan jenis kelamin laki-laki (  20 juta).

 Beberapa prinsip ilmiah singkat yang dapat dijadikan pedoman untuk penentuan jenis kelamin bayi laki-laki diantaranya :
a. Mengupayakan secepat mungkin sperma dapat melewati liang senggama misalnya dengan jalan :
 Posisi bersenggama genu-pectoralis yaitu suami mendekati istri dari belakang (posisi istri menunging), dimana dengan posisi ini androsperma dapat .melewati liang senggama lebih cepat sehingga lebih mungkin untuk melahirkan bayi dengan jenis kelamin laki-laki
 Membuat penetrasi dalam pada saat suami orgasme (terjadi ejakulasi) dengan memasukkan penis sedalam mungkin.

b. Menyiapkan jumlah/volume sperma sebanyak mungkin
 Dengan jalan berpuasa/pantang bersetubuh mulai haid istri kering sampai menjelang ovulasi, makin lama sperma tidak diejakulasikan makin banyak volume dengan harapan jumlah sperma yang mengandung sel jenis kelamin laki-laki lebih banyak.

c. Melakukan senggama sedekat mungkin dengan waktu terjadinya ovulasi (Ovulasi adalah pengeluaran telur dari indung telur, dimana ovulasi terjadi pada 14 hari menjelang haid berikutnya  2 hari, akan lebih mudah di hitung bila haid teratur.

d. Membuat suasana liang senggama alkalis
 Istri diupayakan lebih dulu mencapai orgasme daripada suami.
 Liang senggama sebelum bersenggama dibilas dengan 1 liter air dan 2 sendok garam soda.

Di sini digambarkan bagaimana peran suami dalam penentuan jenis kelamin anak. Prinsip ilmiah ini aman dan sederhana, hasil klinis 80%, bila teliti bilasan baik dan ovulasi tepat tingkat keberhasilan mencapai 85%-90%
6. Cara Mutakhir
 Inseminasi Buatan yaitu dengan memisahkan populasi andro-ginosperma secara murni kemudian dimasukkan ke rahim istri.
 Elektroforesis yaitu dengan memisahnya andro dan ginosperma berdasarkan ukuran, massa, bentuk dimana andro dan ginosperma akan memisahkan diri atas pengaruh energi listrik, androsperma terpisah ke kutub yang berbeda dengan ginosperma sehingga dapat dilakukan pemilihan secara selektif dan tepat.
 Sentrifugasi (pemusingan) yaitu dengan memanfaatkan sifat-sifat andro-ginosperma yang akan memisahkan diri menjadi lapisan-lapisan berbeda.
 Sedimentasi dengan memanfaatkan sifat gravitasi bumi dan sifat sperma, dimana ginosperma lebih cepat mengendap daripada androsperma.
 Diafragma (filter) dengan melewatkan andro dan gino sperma ke suatu filter yang akan memisahkannya oleh karena ukuran andro lebih kecil dapat melewati filter dan ginosperma akan tertahan.
 Tabung Reaksi dimana pembuahan di dalam tabung (In Vitro Fertilization-IVF) diikuti dengan transfer embrio ke rahim
 Kloning cara pembiakan tanpa hubungan seksual. Dimana akan terbentuk copy genetik yang serupa dengan aslinya. Bila di Kloning dari genetik ibu saja akan melahirkan copy serupa dengan ibu tersebut.

Setelah dilakukan pemilihan melalui berbagai proses diatas, dimana untuk mendapatkan anak berjenis kelamin laki-laki maka akan diambil androsperma yang kemudian ditransfer ke rahim ibu, sehingga dapat membentuk anak berjenis kelamin laki-laki dan hasilnya tepat sama dengan yang diharapkan.

 Pil Laki-laki/Pil perempuan dalam dua atau tiga darsa warsa ke depan akan dikembangkan pil untuk suami, dimana suami akan menelan pil laki-laki sebelum senggama bila menginginkan anak berjenis kelamin laki-laki.

Faktor XY pada kromosom sex, dominan sebagai penentu jenis kelamin anak. Kromosom sex XY hanya ditemukan pada sperma suami yang dapat membedakan pembentukan jenis kelamin anak, sehingga peran suami begitu penting/dominan secara ilmiah sebagai penentu jenis kelamin anak-anaknya, bukan istri Segala daya upaya manusia dapat dilakukan untuk mewujudkannya, namun apabila gagal kembalikanlah sesuatunya kepada Tuhan Yang Maha Esa




Dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sked
Rumah Sakit Umum Graha Asih
Jl. By. Pass Ngurah Rai 33x Kuta Bali
(0361) 764860, Fax. (0361) 766565



PENANGANAN AMENOREA SEKUNDER
1.ANAMNESIS :
a.Usia menars
b.Aktifitas yang berlebihan, stress berat (ujian, masalah keluarga)
c.Penggunaan obat-obat psikofarmaka-obat penurun/penambah berat badan
d.Peningkatan/penurunan berat badan yang mencolok
e.Riwayat penyakit : DM, HT, Hati
f.Hamil atau tidak hamil

2.PEMERIKSAAN FISIK
a.Berat badan
b.Tinggi badan
c.Pertumbuhan payudara
d.Pertumbuhan rambut pubis dan ketiak
e.Perut membuncit
f.Akne
g.Seborhoea
h.deformitas thorak
i.Pembesaran klitoris

3.PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS
a.Tanda-tanda kehamilan
b.Mencari kausa amenorea :
3.1.Uji P dengan menggunakan progestogen seperti :
1.MPA Medroksiprogesteron Asetat,
2.Norestisteron,
3.Didrogesteron,
4.Nomegestrol Asetat (Norm AC)
dosis 5-10mg/hari selama 7 hari.
Umumnya perdarahan terjadi 3-4 hari habis obat, dikatakan Uji P positif atau uji
P negatif bila perdarahan belum terjadi dalam 10 hari setelah obat habis.

Arti Uji P positif :
-Bila terjadi perdarahan berarti memiliki uterus, endometrium normal.
-Darah keluar dari alat genital berarti vagina dan hymen normal
-Perdarahan endometrium terjadi karena estrogen, estrogen dihasilkan oleh ovarium (folikel ovarium) artinya ovarium dan folikel ovarium normal.
-Folikel-folikel ovarium dapat berkembang dan menghasilkan estrogen bila mendapat rangsangan FSH dan LH disintesis di hipofise dan pengeluarannya dipicu oleh pelepasan GnRH, maka dikatakan hipofise dan hipotalamus normal.
-Pemberian progestogen endometrium bersekresi dan bila kadarnya menurun terjadilah perdarahan atau wanita kekurangan progesteron yang dihasilkan korpus luteum, korpus luteum baru akan terbentuk bila wanita berovulasi, jadi kemungkinan tidak ovulasi, jika tidak terjadi insufisiensi korpus luteum.
-Analisa hormone FSH, LH, Prolaktin dalam batas normal.
-Diagnosis : Disregulasi hipotalamus-hipofise
-Sangat mungkin menderita : SOP
-Penanganan :
Uji P Positif
i.Belum menginginkan anak : progestogen hari ke 16-25, berikan 3 siklus berturut-turut atau sampai siklus haid normal (Hari pertama haid = hari pertama terjadi perdarahan pada uji P)
ii.Bila siklus normal belum menginginkan anak : IUD, pil kontrasepsi kombinasi.
Uji P Negatif : lanjutkan dengan Uji E+P ;
-berikan estrogen seperti etinil estradiol 50πg, estrogen valerat 2 mg, estrogen equin konjugasi 0,625 mg selama 21 hari, dan di hari ke 12-21 diberikan progestogen 10 mg.hari. atau
-berikan Pil KB Kombinasi.
Dikatakan positif, bila 2 atau 3 hari bahkan 7-10 hari dari obat habis terjadi perdarahan, bila tidak terjadi perdarahan maka uji E+P negatif

Arti Uji E+P :
-Positif : Perdarahan setelah pemberian estrogen, estrogen dibentuk di folikel, jadi ada gangguan pematangan folikel, sehingga estrogen tak dapat dihasilkan. Untuk pematangan folikel perlu rangsangan FSH dan LH, dan perlu rangsangan GnRH hipotalamus  tidak terjadi ovulasi
-Penanganan Uji E+P positif :
i.Analisis hormone FSH, LH, Prolaktin
1.Bila kadar FSH, LH rendah/normal, prolaktin normal  amenorea hipogonadotrop : insufisiensi hipotalamus-hipofise, dapat disebabkan oleh tumor hipofise.
2.Bila kadar FSH, LH tinggi, prolaktin normal  amenorea hipergonadotrop : menopause prekok
3.Bila kadar FSH, LH Normal, prolaktin tinggi  hiperprolaktinoma
4.Bila FSH, LH rendah  tidak terjadi pematangan folikel atau ovarium tidak ada folikel  Uji hMG, pada ovarium normal pemberian hMG akan menumbuhkan folikel dan produksi estrogen. Test estrogen urin atau darah bila estrogen normal berarti uji hMG positif artinya amenorea karena FSH, LH rendah di hipofise, atau rendahnya GnRH hipotalamus. Uji negatif berarti ovarium tidak memiliki folikel, atau tidak sensitif terhadap GnRH seperti pada sindrom ovarium resisten
5.Untuk mengetahui gangguan hipotalamus-hipofise test dengan klomifen sitrat 100mg/hari selama 5-10 hari. Positif bila ada pemingkatan FSH dan LH 2x lipat dan 7 hari setelah itu serum estradiol paling sedikit 200pg/ml, bila ada peningkatan FSH,LH hipofise normal, bila negatif hipotalamus terganggu uji dengan GnRH, positif bila FSH, LH nirmal/tinggi, berarti gangguan di hipotalamus, bila tidak gangguan pada hipofise.
6.Bila Uji P negatif, E+P positif belum ingin anak berikan estrogen progestogen siklik
7.Bila kelainan hipofise berikan hMG dan FSH untuk induksi povulasi, bila kelainan hipotalamus berikan GnRH pulsatif
8.Uji P dan E+P negatif, periksa FSH, LH, Prolaktin serum, bila normal : normogonadotrop amenorea, amenorea ok defek endometrium (aplasia uterus, sindrom asherman, TBC)


PENANGANAN INFERTILITAS
Infertilitas adalah suatu keadaan tidak terjadinya kehamilan pada wanita yang telah melakukan hubungan badan secara teratur dalam waktu 1 tahun. Banyak hal yang dapat menjadi faktor risiko, presisposisi, etiologi infertilitas yang akan diuraikan dalam paper ini.
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN INFERTILITAS
1.Anamnesis
a.Usia Pasien : makin meningkatnya usia, makin sulit mendapatkan anak, disebabkan oleh kualitas sel telur wanita. Namun selama ovarium masih normal, kemungkinan hamil selalu ada walaupun usia sekitar 40 tahun. Fertilitas wanita dibanding laki-laki SBB :
UMUR (TH)JENIS KELAMIN
WANITA(%) LAKI-LAKI (%)
20-24 100 100
30-34 85 100
35-39 60 95
40-44 25 85
50-59 0 50-75

b.Riwayat Penyakit maupun operasi terdahulu seperti; appendicitis, peritonitis, salpingitis dapat menyebabkan kelainan pada tuba. Hipo-hipertiroid, Kelainan hipofisa suprarenal, diabetes mellitus.
c.Berat Badan
i.Gemuk :
1.lemak subkutan mengandung enzim aromatase mengubah androgen  estrogen ; Estrogen yang meningkat  menekan FSH & LH dan juga meningkatkan sekresi LH, LH   aktivitas enzim aromatase  androgen tidak dapat diubah menjadi estrogen
2.Resistensi Insulin  meerangsang DHEA di suprarenal  hiperandrogenemia  atresia follikel
3.Sel lemak menghasilkan Leptin :
-menekan produksi neuropeptida Y  selalu lapar  BB bertambah
-Meningkatkan FSH & LH, LH   menghambat perubahan androgen menjadi estrogen, androgen meningkat.
ii.Kurus : tidak terbentuk lemak dan leptin   FSH & LH  anovulasi, amenorea
d.Kelainan Endokrin : Hirsutisme, akne, seborrhea  hiperandrogenemia, Kelainan kelenjar tiroid, galaktorea tanda hiperprolaktinemia.
e.Pola Hidup :
i.Alcohol : menghambat enzim sulfatase dan aromatase  gangguan system hormone.
ii.Nikotin : ,mengurangi aliran darah alat genitalia dan mempercepat penghancuran hormone.
iii.Stress :  CRF (corticotrophin releasing factor)   LH & GH   POMC (proopiomelanocortin)  ¥-lipoprotein & -endorphin, memiliki efek antigonadotrop dan antagonis dopamine
iv.Morfin & Mariyuana : gangguan haid
v.Mencuci vagina dengan antiseptic  perubahan lender servik yang tidak ramah dengan sperma, bakteri baik mati, bakteri jahat berkembang
vi.Menggunakan celana panjang terlalu ketat  lembab
f.Gangguan Hubungan Seksual : penetrasi tidak sempurna ke vagina, jarang melakukan hubungan seksual atau vaginisme

2.Analisa Hormon : untuk siklus haid yang abnormal. Pemeriksaan prolaktin : ok hiperprolaktinemia  gangguan sekresi GnRH  anovulasi. Pemeriksaan TRH untuk mencari gangguan fungsi tiroid  anovulasi sampai amenorea, abortus berulang karena hipotiroid subklinik.
3.Uji Pasca senggama ; pengambilan getah serviks 2-12 jam pasca senggama periksa dibawah mikroskop, hasil ; positif bila paling sedikit ada 5 sperma/LPB
4.Penilaian Ovulasi ;
a.Pengukuran SBB (Suhu Badan Basal) ; dikerjakan setiap pagi mulai hari pertama haid setiap hari sampai haid berikutnya, menggunakan thermometer bawah lidah selama 4 menit, nilai tertera salin pada kertas yang telah disediakan. Siklus haid ovulasi  bifasik, siklus anovulasi  monofasik
b.USG Transvaginal : diameter follikel matang 18-25mm  ovulasi
c.Pemeriksaan hormon progesterone : LH & 17-estradiol darah (precursor estrogen), darah diambil setiap hari mulai hari 10 sampai ovulasi. LH tinggi  estrogen  androgen  anovulasi, Luteinisasi terlalu cepat, korpus luteum terlalu cepat menghasilkan progesterone  nidasi terganggu
5.Pemeriksaan Bakteriologi : infeksi menyebabkan pergerakan tuba fallopi terganggu atau penyumbatan seperti oleh kuman klamidia trachomatis dan gonnokokus. Bila pernah abortus berulang atau hamil dengan lkelainan bawaan periksa TORCH dan Aca (Antiphospolipid antibody)
6.Analisis Fase Luteal
7.Diagnosis Tuba Fallopi
a.Uji Insuflasi ; CO2 ditiupkan melalui kanal serviks dan dibuat kimograf tekanan uterus.
b.HSG (Histerosalpingogram) ; menyuntikkan larutan radioopak melalui kanalis serviks ke uterus dan tuba fallopi. Kontraindikasi pada salpingitis
c.Gambaran tuba fallopi secara sonografis
d.Hidrotubasi : Pertubasi dengan kanamisin 1 gr, dexametason 5mg dan spasmodic cair, biasanya yang mengandung hiosin dan metamizol
e.Laparoskopi : cara terbaik menilai tuba + tes patensi tuba dengan metilen blue

Tidak ada komentar:

Serving, not to be served

Serving, not to be served

ANDIKA-ANDILA

ANDIKA-ANDILA